Banyak orang salah kaprah mengartikan nabi dan rosul. Tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa keduanya merupakan sebutan yang sama. Sebenarnya, dalil dalam islam tentang perbedaan nabi dan rasul telah banyak ditemukan dan di ajarkan oleh para wali dan ulama. Tugas utama Nabi adalah mendapatkan wahyu dan tidak diwajibkan untuk menyampaikanya. Dalam hal ini, tidak diwajibkan bukan berarti tidak boleh menyampaikanya. Dengan kata lain, para nabi mempunyai hak jika mereka ingin menyampaikan setiap wahyu yang mereka dapatkan. Nabi berasal dari bahasa Arab “naba” yang mempunyai arti seseorang yang diberi wahyu oleh Allah. Sedangkan Rasul berasal dari kata “irsal” yang mempunyai arti bimbingan atau pemberi arahan. Rasul mempunyai tugas menyampaikan wahyu.
Untuk mengimani rasul, ada empat elemen yang harus dipahami.
a. Percaya bahwa allah itu ada dan allah mengutus nabi dan Rasul
b. Jika seseorang tidak mempercayai satu rasul maka dianggap tidak mempercayai semua rasul
c. Kita diwajibkan mempercayai nama rasul dan nabi dan membenarkan setiap berita yang disampaikannya.
d. Wajib mengamalkan syariat nabi terutama nabi Muhammad.
Perbedaan lain dari nabi dan rasul:
1. Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaranya (risalah), sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan ajaranya (risalah).
2. Nabi diutus untuk menguatkan dan melanjutkan ajaran rasul sebelumnya, sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan syariat yang baru.
3. Nabi belum tentu rasul namun rasul sudah tentu nabi. Nabi Adam adalah nabi pertama umat islam, sedangkan rasul pertama ialah Nuh. Jumlah nabi ada 124 ribu orang dan rasul hanya berjumlah 315 orang.
4. Nabi ada yang terbunuh oleh kaumnya sendiri, sedangkan semua pembunuhan atas rasul diselamatkan oleh kaumnya.
Rasul mempunyai tugas untuk menyampaikan seluruh risalah beserta wahyu yang diturunkan Allah. Selain itu, rasul mempunyai kewajiban berdakwah kepada allah. Rasul juga bertugas memberikan peringatan kepada umat manusia dari segala kejelekan sikap dan perilakunya serta mengumumkan kabar gembira. Rasul harus menegakan hujjah kepada manusia dan yang terakhir mengatur seluruh umat manusia dapat berkumpul didalam satu aqidah yang sama.
Dalam alquran sudah banyak dijelaskan tentang perbedaan jumlah nabi dan rasul yang jumlahnya melebihi 25. Sebagai umat islam, kita bertugas untuk mempercayai jumlah keseluruhan tersebut meskipun tidak dijelaskan secara rinci.
Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi mengatakan bahwa “mereka telah menyebutkan perbedaan antara nabi dan rasul dan yang terbaik adalah bahwa orang yang diberikan berita oleh Allah swt dengan berita dari langit, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka ia adalah nabi dan rasul sedangkan Menurut Syarh ath Thahawiyah fii ‘Aqidah as Salaf hal 296 bahwa, “jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka ia adalah nabi dan bukan rasul. Rasul lebih khusus daripada nabi, setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul”.
Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan bahwa “nabi adalah seorang manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan suatu syariat untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul adalah seorang manusia yang diberikan wahyu dengan suatu syariat untuk diamalkan dan dia diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul”.
Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul. Firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Artinya : “Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (QS. Al Ahzab : 45)
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)
Kedua ayat tersebut menggabung tentang sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw)
Terkadang suatu lafazh menempati lafazh yang lainnya, sebagaimana firman Allah swt :
وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِن نَّبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ
وَمَا يَأْتِيهِم مِّن نَّبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُون
Artinya : “Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zukhruf : 6 – 7) –Fatawa al Azhar juz VIII hal 101)
Untuk mengimani rasul, ada empat elemen yang harus dipahami.
a. Percaya bahwa allah itu ada dan allah mengutus nabi dan Rasul
b. Jika seseorang tidak mempercayai satu rasul maka dianggap tidak mempercayai semua rasul
c. Kita diwajibkan mempercayai nama rasul dan nabi dan membenarkan setiap berita yang disampaikannya.
d. Wajib mengamalkan syariat nabi terutama nabi Muhammad.
Perbedaan lain dari nabi dan rasul:
1. Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaranya (risalah), sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan ajaranya (risalah).
2. Nabi diutus untuk menguatkan dan melanjutkan ajaran rasul sebelumnya, sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan syariat yang baru.
3. Nabi belum tentu rasul namun rasul sudah tentu nabi. Nabi Adam adalah nabi pertama umat islam, sedangkan rasul pertama ialah Nuh. Jumlah nabi ada 124 ribu orang dan rasul hanya berjumlah 315 orang.
4. Nabi ada yang terbunuh oleh kaumnya sendiri, sedangkan semua pembunuhan atas rasul diselamatkan oleh kaumnya.
Rasul mempunyai tugas untuk menyampaikan seluruh risalah beserta wahyu yang diturunkan Allah. Selain itu, rasul mempunyai kewajiban berdakwah kepada allah. Rasul juga bertugas memberikan peringatan kepada umat manusia dari segala kejelekan sikap dan perilakunya serta mengumumkan kabar gembira. Rasul harus menegakan hujjah kepada manusia dan yang terakhir mengatur seluruh umat manusia dapat berkumpul didalam satu aqidah yang sama.
Dalam alquran sudah banyak dijelaskan tentang perbedaan jumlah nabi dan rasul yang jumlahnya melebihi 25. Sebagai umat islam, kita bertugas untuk mempercayai jumlah keseluruhan tersebut meskipun tidak dijelaskan secara rinci.
Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi mengatakan bahwa “mereka telah menyebutkan perbedaan antara nabi dan rasul dan yang terbaik adalah bahwa orang yang diberikan berita oleh Allah swt dengan berita dari langit, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka ia adalah nabi dan rasul sedangkan Menurut Syarh ath Thahawiyah fii ‘Aqidah as Salaf hal 296 bahwa, “jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka ia adalah nabi dan bukan rasul. Rasul lebih khusus daripada nabi, setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul”.
Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan bahwa “nabi adalah seorang manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan suatu syariat untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul adalah seorang manusia yang diberikan wahyu dengan suatu syariat untuk diamalkan dan dia diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul”.
Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul. Firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Artinya : “Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (QS. Al Ahzab : 45)
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)
Kedua ayat tersebut menggabung tentang sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw)
Terkadang suatu lafazh menempati lafazh yang lainnya, sebagaimana firman Allah swt :
وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِن نَّبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ
وَمَا يَأْتِيهِم مِّن نَّبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُون
Artinya : “Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zukhruf : 6 – 7) –Fatawa al Azhar juz VIII hal 101)